Assalamaualaikum.
Halo teman teman,
saya hadir kembali untuk dapat menyapa temen-temen dan tentunya memberikan
informasi yang diharapkan bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Namun kali ini
ada yang berbeda, jika 2 postingan saya kemarin sebagian besar membahas
mengenai diri saya dan pengalaman saya pribadi, kali ini saya akan mencoba
memberikan contoh cerita anak berbahasa Belanda disertai dengan terjemahannya.
Tulisan ini dibuat
sebagai tugas perkuliahan saya dalam mata kuliah Bahasa Belanda, Prodi Sastra
Sunda, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran dan diharapkan Postingan
saya kali ini dapat bermanfaat bagi teman-teman yang sedang mencari cerita anak
atau suatu teks berbahasa Belanda. Berikut teksnya :
De aap en de krokodil -
Heel lang
geleden werd de Bodhisattva wedergeboren op een plek in de Himalaya als het
jong van een aap. Hij werd zo sterk als een olifant, met een flink karakter,
groot van lijf en leden en knap om te zien. Hij richtte zich een bestaan in op
een plek in het bos, in een bocht van de Ganges.
In
dezelfde tijd huisde er in de Ganges een krokodil. En het geschiedde dat het
wijfje van de krokodil, toen zij het lijf van de Bodhisattva zag, een ziekelijk
verlangen ging koesteren naar diens hartevlees. Daarom zei ze tegen de
krokodil: "Mijn heer en meester, ik wens het hartevlees van die koning der
apen te eten."
"Liefje,
wij huizen in het water, deze aap op het vasteland. Hoe zullen we hem te pakken
krijgen?"
"Pak
hem hoe dan ook. Als ik zijn hart niet krijg, zal ik sterven."
"Vooruit
dan maar, wees niet bang, ik weet wel een list, ik zal je zijn hartevlees als
maaltijd brengen." Zo stelde hij het krokodillenwijfje gerust.
Op het
uur waarop de Bodhisattva het water van de Ganges dronk en vervolgens op de
oever bleef zitten, zocht de krokodil hem op en sprak hem aldus aan:
"Koning der apen, waarom wandel je maar gewoontegetrouw op deze plek, waar
je zure vruchten eet? Aan de overzijde van de Ganges is er geen einde aan de
zoete vruchten van manga- en broodbomen. Waarom ga je daar niet heen en grijp
je de kans niet aan om velerlei vruchten te eten?"
"Krokodillenkoning,
de Ganges is diep en breed. Hoe wil je dan dat ik daar kom?"
"Als
je hier komt, zal ik je op m'n rug laten klimmen en je erheen brengen."
De Bodhisattva geloofde de krokodil en stemde erin
toe. "Komaan dan," zei de krokodil. "Klim op mijn rug." En
zo gebeurde. Maar toen de krokodil een eindje met hem gezwommen had, liet hij
hem in het water onderduiken.
De Bodhisattva riep: "M'n beste, je laat me
kopje onder gaan, wat is dat nu?" De krokodil bekende: "Ik ben je
niet komen halen met eerlijke bedoelingen. Mijn vrouw heeft een ziekelijk
verlangen naar je hartevlees, daarom wil ik haar je hart te eten geven."
"Vriend, het is goed dat je het mij vertelt.
Want als ons hart in onze borst zat, zou het breken als we ons langs de toppen
der boomtakken voort reppen."
"Waar laten jullie je hart dan?"
De Bodhisattva wees hem een vijgenboom die niet te
ver weg stond en beladen was met trossen rijpe vruchten. "Kijk," zei
hij, "onze harten hangen aan die vijgenboom."
"Als je mij je hart geeft, zal ik je niet
doden."
"Hop dan, breng me erheen, ik zal je m'n hart
geven dat aan de boom hangt."
Alzo deed de krokodil. De Bodhisattva nam een sprong van zijn rug en zat in de vijgenboom. "M'n beste, domme krokodil," zei hij, "je dacht dat je de harten van de apen in de boomtop zag hangen, je bent een domoor, ik heb je voor de mal gehouden. Laat er voor jou maar een ruime keuze van vruchten zijn! Je lijf is groot, maar klein is je wijsheid." En ter toelichting zei hij de volgende verzen:
"Genoeg! Beter dan die manga's, rode appels en
broodvruchten
Aan de overzijde, is deze vijgenboom voor mij.
Groot waarlijk is je romp, niet in overeenstemming daarmee je wijsheid.
Krokodil, ik heb je beetgenomen. Zoek nu je heil maar elders."
Aan de overzijde, is deze vijgenboom voor mij.
Groot waarlijk is je romp, niet in overeenstemming daarmee je wijsheid.
Krokodil, ik heb je beetgenomen. Zoek nu je heil maar elders."
De krokodil, zo ongelukkig als iemand die duizend
munten heeft verloren, terneergeslagen en verteerd door berouw, droop af naar
de plaats waar hij woonde.
TERJEMAHAN
Monyet dan buaya -
Dulu, Bodhisattva dilahirkan
kembali di sebuah tempat di Himalaya sebagai seekor monyet. Ia menjadi sekuat gajah, dengan karakter yang kuat, tubuh yang
besar dan menarik
untuk dilihat.
Ia mendirikan sebuah
eksistensi di suatu tempat di hutan, tepatnya di sebuah
tikungan di Sungai Gangga.
Pada saat yang sama, terlihat dua ekor buaya di Sungai Gangga. Buaya tersebut bejenis kelamin jantan
dan betina. Ketika buaya tersebut melihat tubuh Bodhisattva, buaya tersebut memiliki
hasrat begitu dalam untuk memakan jantung Bodhisattva. Kemudian ia berkata "Tuanku, aku ingin memakan jantung raja monyet
itu.”
Serunya.
“Sayang, kita ada di air, monyet itu di daratan, bagaimana kita akan menangkapnya?"
"Tangkap dia, jika aku tidak mendapatkan hatinya, aku akan mati."
"Silakan, jangan takut, aku tahu tipuan, aku akan membawakanmu daging jantungnya sebagai makanan.
" Begitulah cara dia meyakinkan buaya betina.
Pada saat Bodhisattva meminum air Sungai Gangga dan kemudian duduk di tepi sungai, buaya
melihatnya dan memanggilnya demikian: "Raja monyet, mengapa Anda hanya berjalan di tempat ini?
di mana Anda akan memakan buah asam? "Di sisi lain Sungai Gangga, tidak ada akhir untuk buah
manis dari pohon mangga dan roti, mengapa kamu tidak pergi ke sana dan tidak mengambil kesempatan
untuk makan berbagai buah?"
"Raja buaya, Sungai Gangga dalam dan lebar, bagaimana Anda ingin saya datang ke sana?"
"Jika kamu datang ke sini, aku akan membiarkanmu naik ke punggungku dan membawamu ke sana."
Bodhisattva percaya dan menyetujuinya. "Kalau begitu, datanglah," kata buaya itu.
"Panjat di punggungku." Dan begitulah yang terjadi. Tapi ketika buaya berenang sedikit,
dia membiarkannya menyelam ke air.
Bodhisattva berseru: "Sayangku, kau membiarkanku tenggelam, apa itu sekarang?" Buaya itu mengaku:
"Saya tidak datang untuk membawamu dengan niat jujur. Istri saya memiliki hasrat yang mendalam
untuk jantungmu, itulah sebabnya saya ingin memberi dia jantungmu untuk dimakan."
"Kawan, baiklah saya beritahu, bahwa jantungku ada didalam dadaku, dan hancur jika aku terus menyusuri
puncak-puncak cabang pohon."
"Di mana kamu meninggalkan jantungmu?"
Bodhisattva menunjuk kepadanya pohon ara yang tidak terlalu jauh dan penuh dengan buah yang matang.
"Dengar," katanya, "jantungku tergantung di pohon ara itu."
"Jika kamu memberiku jantungmu, aku tidak akan membunuhmu."
"Kalau begitu, bawa aku ke sana, aku akan memberimu jantungku yang tergantung di pohon."
Begitu juga buaya. Bodhisattva mengambil lompatan dari punggungnya dan duduk di pohon ara.
"Buaya sayangku, bodoh," katanya, "kau pikir kau melihat jantung para kera di puncak pohon, kau bodoh,
aku telah membuat kau berada di depan cetakan buah, tubuhmu luar biasa, tapi kebijaksanaanmu kecil. "
Dan untuk penjelasannya dia mengatakan kata-kata berikut:
"Cukup! Lebih baik kau makan apel merah dan sukun daripada mangga itu,
Di sisi lain, pohon ara ini untukku.
Lambungmu tidak sesuai dengan kebijaksanaanmu.
Buaya, aku membawamu. Sekarang carilah keselamatanmu di tempat lain. "
Buaya tidak bahagia seperti seseorang yang kehilangan seribu koin, sedih dan termakan oleh pertobatan,
melayang ke tempat di mana dia tinggal.
Sumber Data :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar